Jumat, 18 Oktober 2024

Breaking News

  • UAS Sebut Akan Berjuang Sampai Tetes Darah Terakhir Untuk Kemenangan Bermarwah   ●   
  • Polres-Bawaslu Kuansing Bahas Isu Negatif Pilkada 2024   ●   
  • Grafik Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp7.000 Per Gram   ●   
  • Oknum Guru dan 2 Mahasiswa Sebarkan Konten Porno di Medsos Ditangkap Polisi   ●   
  • Ada Ribuan Investasi dan Pinjol Ilegal di Riau, OJK Imbau Warga Cermat dan Waspada   ●   
Cinta dan Gula: Dedikasi Seorang Kakek dalam Menjaga Warisan Rambut Nenek
Jumat 07 Juni 2024, 14:39 WIB

(TABLOIDRAKYAT) -  Di salah satu sisi Kota Pekanbaru, tepat di Jalan Patimura No. 14, terhampar aroma manis yang memikat. Di situlah Yusman, pria paruh baya berusia 63 tahun, dengan gigih menjajakan makanan tradisional yang menyimpan nostalgia masa kecil bagi banyak orang, "Rambut Nenek" namanya.

Layaknya helai rambut yang lembut, cemilan ini terbuat dari olahan gula, tepung, dan air yang dimasak hingga mengental dan dapat ditarik-tarik membentuk untaian panjang.

Bagi Yusman, menjajakan "Rambut Nenek" bukan hanya mencari sesuap nasi, tetapi juga melestarikan warisan kuliner tanah air yang kian tergerus zaman. Di tengah gempuran kuliner modern yang senantiasa bermetamorfosis, Yusman teguh menjaga identitas "Rambut Nenek" agar tidak lekang dimakan zaman.

Menelusuri perjalanan hidupnya, tak mudah bagi Yusman untuk sampai pada titik ini. Sebelumnya, ia pernah berprofesi sebagai tukang bangunan hingga usia tak lagi memungkinkan. Pun ketika menjadi pedagang buah-buahan, ia kerap merugi hingga akhirnya memutuskan berpindah haluan.

"Modal yang dibutuhkan tidak seberapa. Namun, proses pembuatannya tak mudah," ungkap Yusman mengenai alasan memilih berdagang "Rambut Nenek".

Di atas karpet lusuh di bahu jalan, Yusman menanti pembeli dengan sabar. Tergantung di atas motor tuanya, untaian "Rambut Nenek" seakan menyapa siapapun yang melintas. Demi menghidupi keluarganya, Yusman rela kadang berpanas-panas di terik mentari dan sesekali menghadapi razia Satpol PP.

"Kalau kendala, ya namanya kerja di lapangan, suka dukanya begitu. Terkadang ada razia, kami harus pergi. Tapi setelah Satpol PP pergi, kami kembali lagi. Dalam sehari, bisa terjadi dua kali razia," tuturnya mengenai tantangan yang kerap dihadapi.

Dengan harga Rp10.000 per bungkus, Yusman mencoba membawa "Rambut Nenek" menembus segala lapisan masyarakat.

Bermimpi mengembangkan usahanya, namun terkendala modal, Yusman hanya berharap agar makanan tradisional lezat seperti rambut nenek terus dilestarikan dan disambut dengan hangat oleh generasi penerus.

Sumber: Cakaplah.com




Untuk saran dan pemberian informasi kepada tabloidrakyat.com, silakan kontak ke email: tabloidrakyat@yahoo.com


Komentar Anda


Copyright © 2023 Tabloidrakyat.com - All Rights Reserved
Scroll to top