Jumat, 18 Oktober 2024

Breaking News

  • UAS Sebut Akan Berjuang Sampai Tetes Darah Terakhir Untuk Kemenangan Bermarwah   ●   
  • Polres-Bawaslu Kuansing Bahas Isu Negatif Pilkada 2024   ●   
  • Grafik Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp7.000 Per Gram   ●   
  • Oknum Guru dan 2 Mahasiswa Sebarkan Konten Porno di Medsos Ditangkap Polisi   ●   
  • Ada Ribuan Investasi dan Pinjol Ilegal di Riau, OJK Imbau Warga Cermat dan Waspada   ●   
Petani Sawit Rohul Dapat Pelatihan dari YPPY Kerja Sama dengan BPDPKS dan Ditjenbun
Kamis 27 Juni 2024, 09:36 WIB

PEKANBARU (Tabloidrakyat) - Badan Pengelola Dana Perhimpunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Ditjenbun dan Yayasan Pendidikan Perkebunan Yogyakarta (YPPY)melaksanakan pelatihan Panen dan Pasca Panen Angkatan 1 dan 2 yang diikuti 68 peserta petani sawit Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Provinsi Riau.

 

Kegiatan pelatihan ini berlangsung di salah satu hotel di Pekanbaru mulai tanggal 24 sampai dengan 28 Juni. Pembukaan dihadiri secara daring oleh Ditjenbun diwakili oleh Herly Kurniawan dan secara luring dihadiri oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Syahrial Abdi dan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Rohul Agung Nugroho.
YPPY melalui unit operasional Politeknik LPP berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelapa sawit bagi petani untuk mendukung program sawit berkelanjutan di Indonesia.

Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, taksasi panen, teknik memanen dan pengangkutan. Panen sebagai kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh petani sawit sehingga perlu dibekali teknis persiapan panen.

Narasumber dari Politeknik LPP Hartini menyampaikan, persiapan panen menjadi hal penting di awal sebelum melaksanakan panen. “Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum panen diantaranya adalah ketersediaan tenaga panen, pembagian ancak panen, AKP dan taksasi panen,” ujarnya.

“Infrastruktur panen, perlengkapan panen dan tenaga panen menjadi hal penting yang harus dipersiapkan sebelum panen agar hasil yang didapat optimal,” imbuhnya.

Selanjutnya, narasumber lainnya dari Politeknik LPP mengatakan, kriteria panen akan menentukan mutu TBS. “mutu TBS yang perlu diperhatikan adalah kadar CPO sekitar 25%, PKO sekitar 5% dan ALB kurang dari 3%,” ujarnya.

Lanjutnya, untuk mendapatkan mutu TBS ada hubungannya dengan kriteria masak panen, di mana TBS yang dipanen harus sudah memasuki masak fisiologis biasanya ditandai dengan perubahan warna TBS dan sudah membrondol jadi tidak semata-mata harga TBS tinggi kemudian semua buah dipanen sebelum waktunya.

 

Setelah memastikan kriteria matang panen, maka dapat segera dilaksanakan pemanenan. Teknik panen merupakan bagian penting yang perlu diketahui petani sawit. Panen memang sebuah kegiatan menurunkan TBS matang, mengutip brondolah hingga pengangkutan ke TPH, namun dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan teknik memanen termasuk kegiatan penting pada saat memanen.

Praktisi perkebunan yang menjadi juga narasumber Rimba mengatakan selain mempersiapkan alat panen, petani harus mengelola brondolan, mengelola tajuk hasil panen sekaligus pruning dan mengumpulkan TBS di TPH, semuanya harus dilakukan dengan tertib.

Panen terdiri dari 3 unsur penting disebut PJK meliputi populasi, janjang dan kilogram BJR, oleh karena itu setiap kegiatan panen terkait TBS perlu dihitung sebagai proyeksi pendapatan petani,” imbuhnya.

Narasumber Politeknik LPP Azhari mengatakan, terkait dengan proyeksi produksi TBS, petani dapat melakukan taksasi produksi. “Perhitungan jumlah TBS yang dipanen dapat dilakukan menggunakan taksasi produksi, sehingga petani dapat memperhitungkan potensi pendapatan juga pengeluaran dengan merencanakan jumlah tenaga panen dan kebutuhan transportasi yang akan digunakan untuk angkut TBS ke pabrik,” tuturnya.

“Taksasi produksi bisa dilakukan harian, per satu bulan, per empat bulan dan per enam bulan sehingga apabila taksasi produksi dilakukan secara akurat dapat membantu kegiatan operasional petani dan menjadi indikator hasil produksi sawit,” ujarnya.

Sementara itu, praktisi perkebunan yang sekaligus sebagai Wakil Direktur Politeknik LPP Galuh mengatakan, hal penting lainnya dalam rangkaian proses panen adalah ketelusuran, artinya mengetahui asal usul TBS.

"Ketelusuran TBS biasanya dapat dilakukan secara manual dengan menulis tanda pada pangkal tangkai TBS, namun pada perusahaan biasanya sudah menggunakan model barcode sebelum diangkut ke PKS,” tutur Galuh.

“Pola kemitraan antara petani, koperasi dan PKS penting untuk memastikan TBS sesuai mutu standar sekaligus membuka peluang akses ke pasar yang lebih luas,” imbuhnya.

Selama pelatihan berlangsung, peserta terlihat antusias dengan berbagai pertanyaan dan diskusi dengan narasumber. “Terima kasih buat YPPY, BPDPKS dan Dinas Perkebunan Rohul yang telah menyelenggarakan pelatihan ini, selain pengetahuan bertambah kami juga dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan narsumber, kami mendapatkan solusi terkait panen dan pasca panen yang baik,” ujar salah satu peserta pelatihan.**

Sumber:cakaplah.com




Untuk saran dan pemberian informasi kepada tabloidrakyat.com, silakan kontak ke email: tabloidrakyat@yahoo.com


Komentar Anda


Copyright © 2023 Tabloidrakyat.com - All Rights Reserved
Scroll to top