(Tabloidrakyat) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyatakan pemerintah Indonesia telah berhasil mengevakuasi sebanyak 926 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Sudan.
Namun, terdapat sekitar 40 kepala keluarga yang memilih untuk tetap tinggal di Sudan karena alasan pekerjaan dan keluarga.
Pernyataan ini disampaikan Retno setelah mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan kehormatan dari Pemangku (acting) Menteri Luar Negeri Sudan, Hussein Awad Ali Mohammed, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/8/2024).
"Sebanyak 926 WNI telah dievakuasi, sementara sekitar 40 WNI memilih untuk tetap tinggal di Sudan karena alasan pekerjaan atau keluarga," ujar Retno.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga mengucapkan terima kasih kepada otoritas Sudan atas bantuan yang diberikan selama proses evakuasi WNI, terutama mengingat situasi negara tersebut yang sedang tidak stabil.
"Presiden telah menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan otoritas Sudan selama evakuasi. Evakuasi di Sudan kemarin bukanlah proses yang mudah karena melibatkan banyak orang dan situasi yang sangat tidak kondusif," tambah Retno.
Retno juga mengungkapkan operasional Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang sebelumnya berada di Khartoum kini telah dipindahkan ke Port Sudan demi alasan keamanan.
"Salah satu hal yang diapresiasi adalah KBRI Indonesia yang masih ada di Khartoum, namun kini beroperasi dari Port Sudan karena alasan keamanan," jelasnya.
Retno menambahkan jumlah orang yang mengungsi ke luar wilayah Sudan kini sudah mencapai 4 juta orang. Selain konflik, Sudan juga menghadapi berbagai tantangan kesehatan seperti monkeypox, demam berdarah (dengue), malaria, dan malnutrisi.
Indonesia, kata Retno, telah mengirimkan bantuan medis sebanyak 22,4 ton ke Sudan. Ia juga memastikan hampir semua WNI telah dievakuasi dari wilayah konflik tersebut.
"Indonesia telah mengirimkan total 22,4 ton bantuan medis ke Sudan, dan hampir semua WNI sudah berhasil dievakuasi," ungkapnya.
Proses evakuasi ini dilakukan sebagai tanggapan atas konflik yang memanas di Sudan, terutama setelah serangan artileri di El Fasher, ibu kota Negara Bagian North Darfur, di Sudan bagian barat.
Sumber: Cakaplah.com
Grafik Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp7.000 Per Gram
Oknum Guru dan 2 Mahasiswa Sebarkan Konten Porno di Medsos Ditangkap Polisi
Ada Ribuan Investasi dan Pinjol Ilegal di Riau, OJK Imbau Warga Cermat dan Waspada
Pengelolaan Sampah di Kota Pekanbaru Tahun 2025 Belum Dipastikan
Pemprov Fasilitasi UMKM dan Ekraf di Kenduri Riau 2024
Dua Tersangka Dugaan Korupsi Segera Disidangkan, Kasus Dana BOK Puskesmas Rumbio
Struktur Pimpinan DPRD Meranti Dinyatakan Lengkap, Berikut Gambaran Jadwal Pelantikan
Cuaca Terik, Abdul Wahid dan UAS Turun Panggung Membaur dengan Masyarakat
Ariandono Dijan Winardi Langgar Kode Etik Jurnalistik dan Kode Prilaku Wartawan Akan Diadukan ke Dewan Kehormatan PWI
Diduga Putus Cinta dan Gagal Nikah, Warga Pulau Jambu Nekat Gantung Diri di Jendela Kamar
Heboh! Seorang Nenek di Kampar Ditemukan Tewas di Tepi Sawah, Kalung dan Emas Hilang
Kabar Baik! Pekan Kedua Ramadan, Harga TBS Sawit Riau Naik
THR PNS, TNI/Polri Hingga Pensiunan Akan Cair Hari Ini
Grafik Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp7.000 Per Gram
Oknum Guru dan 2 Mahasiswa Sebarkan Konten Porno di Medsos Ditangkap Polisi
Ada Ribuan Investasi dan Pinjol Ilegal di Riau, OJK Imbau Warga Cermat dan Waspada
Pengelolaan Sampah di Kota Pekanbaru Tahun 2025 Belum Dipastikan